Badai Pasti Berlalu, Segala Bencana Hendaklah Menjadi koreksi Diri

Sebagai orang yang beragama, kita pasti mempercayai bahwa setiap jalan yang di hadapi manusia selama hidupnya tidak akan pernah  luput dari ujian atau cobaan. Allah telah menjadikan perjalanan hidup dan mati manusia sebagai tempat untuk menguji amal-amal yang mereka perbuat seperti yang tercantum dalam surat berikut :

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (Qs. Al Mulk : 1-2)
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (Qs. Muhammad : 31)
Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi 161 Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Qs. Albaqarah : 255)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Qs. Al Ankabut : 2-3)

Telah jelas ayat di atas bahwa Allah benar-benar menguji orang baik yang berjidad maupun menguji kesabaran agar Allah bisa mengetahui baik buruknya mengenai hambanya, siapa yang baik dan siapa yang berbuat dusta. Berbagai ujian pasti akan di timpahkan oleh Allah untuk hambanya baik yang beriman ataupun yang tidak beriman. Dan banyak contoh dari umat terdahulu yang diuji oleh Allah dengan berbagai ujian yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran kita umat Islam di masa sekarang ini. Dan jangan merasa bahwa ujian yang kita terima adalah ujian yang berat dan Allah tidak suka dengan kita. Tapi berfikirlah positif bahwa ada hikmah dibalik semua ujian yang telah kita alami. Mungkin saja Allah ingin menjadikan kita orang yang lebih sabar, lebih kuat, lebih dewasa dan lebih beriman.

Di Alqur'an telah jelah berbagai ayat yang menyatakan hal yang berkaitan dengan ujian dan keimanan. Tapi, jangan khawatir akan keagungan Allah yang telah menciptakan manusia. Karena Allah tidak akan membebani makhluknya jika dirasa makhluk tersebut tidak mampu untuk menjalaninya. lalu apa balasannya jika kita mampu melewati ujian yang diberikan oleh Allah? Allah akan memberikan pahala dari apa yang telah dilakukan oleh berbagai kebaikan yang dilakukannya, baik yang balasannya diberikan langsung di dunia melalui kesehatan, rizki dan berbagai kemudahan hidup lainnya ataupun balasan yang kelak diberikan di Akhirat dengan surga yang telah dijanjikan oleh Allah di berbagai surat di dalam Alquran.

Lantas bagaimana bagi mereka yang berbuat keburukan atau kejahatan? Allah akan memberi balasan yang buruk dari apa yang mereka kerjakan yang bisa jadi diberikan di dunia secara langsung ataupun yang diberikan Allah di akhirat sebagaimana siksaan api neraka yang telah  dicantumkan di berbagai surat Alquran.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (Qs. Al Baqarah : 286)

Mungkin sadar atau tidak, kita sering menghadapi ujian dan cobaan sebagai koreksi diri. Jika terbukti kita bisa melewatinya, maka di balik keadaan tersebut ada kemudahan yang menyertainya. Bahkan di ayat Alam Nasyroh ada penekanan hal ini secara berulang yang seolah-olah Allah memberi penjelasan kepada kita bahwa Allah tidak akan selamanya memberikan kita badai cobaan yang begitu besar hingga membuat kita tidak mampu untuk melwatinya. Yakinlah bahwa semua cobaan pasti ada jalan penyelesaiannya membawa kita ke arah yang lebih baik.

Tapi, sebuah ujian tidak akan berlalu begitu saja tanpa ada upaya dari kita untuk menyelesaikannya. Sebaiknya kita lebih berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon petunjukNya supaya ada jalan yang kita dapatkan dan terhindar dari kesesatan yang amat dalam yaitu meninggalkan agama Allah. Upaya upaya yang bisa kita lakukan bisa kita dapatkan dengan mempelajari Kitab Allah yang memang diciptakan melalui nabi Muhammad sebagai petunjuk hidup manusia di dunia serta mendirikan Solat, karena solat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Allah mengetahui segala apa yang kita kerjakan di dunia, baik yang nyata maupun yang tersirat di dalam hati. Dan jalan terbaik untuk mengembalikan semua urusan adalah kepada Allah. Jangan sampai sebuah ujian menjadi sebuah bencana hanya karna di saat kita mengalami ujian dari Allah kita justru menjauh dan mencari jalan yang menyimpang.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(Qs. Alam Nasyroh: 5-6)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau daripada kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah solat. Sesungguhnya solat itu mencegah daripada “fahsya’” (yang keji) dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar.  Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.   (Qs. Albaqarah : 45)

Sebuah hadis menerangkan bahwa umat manusia layak untuk mendapatkan bencana atau ujian sebagai akibat dari perbuatan mereka atas perkara-perkara yang mereka lakukan. Ini berarti ada sebuah tanda atau sinyal yang menggambarkan bahwa bencana atau ujian merupakan perwujudan dari tindakan kita sendiri. Artinya bahwa sebuah akibat pasti dimulai dari sebab, hendaknya kita lebih memperbanyak hal-hal yang positif dan baik daripada berbuat yang bersifat menyebabkan kerusakan seperti berikut :

Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana. Apabila telah berlaku perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran), tenggelamnya bumi dan apa yang di atasnya ke dalam bumi (gempa bumi dan tanah longsor), dan perubahan-perubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain.” (HR. Tirmidzi, 2136).

1. Harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi,
Maksudnya adalah harta rampasan perang dijadikan hak milik oleh orang orang tertentu, menurut at turbusti, maksudnya adalah orang orang kaya dan berpangkat tidak memberikan hak-hak nya orang orang fakir, atau maksudnya adalah harta rampasan perang di ambil secara saling mengalahkan sebagaimana caranya orang orang jahiliyah dan orang orang yang bermusuhan.

2. Amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan,
Amanah di jadikan harta rampasan, misalnya ada orang yang menitipkan sesuatu kepada orang lain atas dasar kepercayaan, kemudian malah diambil sperti harta rampasan perang .

3. Zakat dianggap sebagai cukai (denda),
Zakat dijadikan hutang, yaitu orang orang merasa berat untuk mengeluarkan zakat sekira mereka mengangap bahwa mengeluarkan zakat adalah pembayaran hutang.

4. Suami menjadi budak istrinya 
Suami menta’ati istri, yaitu menta’ati perintah dan larangannya istri dan betentangan dengan perintah Allah.

5. Mendurhakai ibunya,
Mendurhakai ibu, maksudnya menyelisihi ibu dalam perintah dan larangan ibu.

6. Mengutamakan sahabatnya (sampai dia),
Berbuat baik kepada temannnya, maksudnya mendekati dan menyukainya hingga rela melanggar syariat.

7. Berbuat zalim kepada ayahnya,
Menjauhi ayahnya. Dalam hadisnya abu hurairoh : ” mendekati teman dan menjauhi ayahnya “

8. Terjadi kebisingan (suara kuat) dan keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah),
Suara suara yang bising di masjid, maksudnya adalah kerasnya suara orang yang bermusuhan, atau jual beli atau bersendau gurau dan bermain main di masjid.
Al qori berkata : ” inilah yang banyak terjadi di zaman ini, padahal sebagian ulama’ hanafiyah telah menentukan hukum bahwa mengeraskan suara di masjid walaupun berdzikir hukumnya haram.

9. Orang-orang hina, rendah, dan bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat),
Yang pemimpin umat adalah orang orang hina, maksudnya adalah orang orang yang bertanggung jawab menjadi pemimpin dan menjadi pembicaranya suatu kaum adalah orang orang rendahan.

10. Seseorang dihormati karena semata-mata takut dengan kejahatannya,
Seseorang di muliakan karena di takuti kejahatannya, maksudnya adalah orang orang mengagungkan seorang insan karena takut kejahatan  insan tersebut tertular kepada mereka.

11. Minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi kebiasaan,
Bermacam macam arak diminum, maksudnya banyak orang yang meminum arak dan hal itu di lakukan secara terang terangan.

12. Laki-laki telah memakai pakaian sutera,
Kain sutera di pakai, maksudnya banyak laki laki yang memakai pakaian sutera tanpa adanya darurat / menyerupai wanita.

13. Penyanyi dan penari wanita bermunculan dan dianjurkan,
Penyanyi penyanyi perempuan digunakan

14. Alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan,
Begitu juga dengan alat alat musik, yaitu duf dan semisalnya dari alat musik yang dipukul

15. Generasi akhir umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya;
 Generasi akhir melaknat pendahulunya, yaitu melaknat para salafus sholeh dan para imam imam yang mendapatkan petunjuk.
At tibby berkata bahwa orang orang akhir menyebut yang buruk buruk kepada generasi awal dan tidak mau mengikuti amalan amalan sholeh mereka, jadi seolah olah mereka melaknatnya.


Kenapa Indonesia begitu sering mendapat bencana? mari kita koreksi diri kita masing-masing dan tidak usah untuk saling menyalahkan.

”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96)
Sudah adakah hal-hal seperti dibawah ini ?


  1. Bila barang negara sudah diakui/dimiliki oleh orang-orang tertentu;
  2. Barang amanat jadi Ganimah (temuan);
  3. Mengeluarkan zakat dianggap musibah bagi sikaya;
  4. Suami sudah tunduk patuh terhadap istrinya untuk mengerjakan sesuatu yang keluar dari syariat (ajaran islam);
  5. Anak menyakiti kedua orang tuanya sementara kepada temannya berlaku baik;
  6. Terjadi permusuhan caci mencaci antara jamaah mesjid karena perbedaan masalah/pendapat yang bukan prinsip yang mereka pegang;
  7. Diantara yang menjadi memimpin umat baik yang memimpin masyarakat atau agama bukan dari keturunan yang baik-baik;
  8. Seseorang memuliakan seseorang karena takut kejelekannya bukan karena wibawa atau karena akhlak dan ilmunya;
  9. Orang mabuk dan maksiat sudah terlihat dimana-mana;
  10. Seorang pria sudah senang memakai pakaian yang biasanya dipakai wanita;
  11. Kedua orang tua diperlakukan seperti pembantu di dalam rumah tangga;
  12. Sarana untuk maksiat tersebar dimana-mana, seperti bar, kasino, diskotik dan warung remang-remang;
  13. Dancing, dugem dan hiburan yang berbau pornografi dan pornoaksi sudah dianggap kesenian belaka bahkan hiburan yang baik;
  14. Bila umat akhir zaman sekarang ini sudah mencaci maki dan tidak menghiraukan pendapat-pendapat mereka (para ulama);
  15. Bila umat akhir zaman semuanya sudah ingin berlomba-lomba menjadi seorang selebritis/penyanyi yang terkenal;


Sedikit gambaran dari bencana umat terdahulu

Umat Nabi Nuh ditenggalamkan dengan air bah
Umat Nabi Luth (Kaum Sodom) dibinasakan dengan batu ‘api neraka’ dan buminya dibalik (bagian atas ke bawah)
Umat Nabi Musa (Fir’aun dan pengikutnya) dibinasakan dalam laut
Umat Nabi Hud (Kaum ‘Ad) dibinasakan dengan angin topan
Umat Nabi Shaleh (Kaum Tsamud) dibinasakan dengan petir

Title : Badai Pasti Berlalu, Segala Bencana Hendaklah Menjadi koreksi Diri
Description : Sebagai orang yang beragama, kita pasti mempercayai bahwa setiap jalan yang di hadapi manusia selama hidupnya tidak akan pernah  luput dari ...

0 Response to "Badai Pasti Berlalu, Segala Bencana Hendaklah Menjadi koreksi Diri"

Posting Komentar